pendidikan

Metode Dakwah melalui Lembaga Pendidikan

index

Pembelajaran melalui lembaga pendidikan

MAKALAH

METODE DAKWAH MELALUI LEMBAGA PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah: Metodologi Dakwah

                    Dosen Pengampu: M. Alfandy, S.Sos.I, M.Si.

 logo

 

Disusun Oleh:

Muthi’atus Sholihah                            (1601036080)

 

 

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2017

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu tiang yang sangat penting dalam kebudayaan Islam adalah pendidikan dan dakwah karena melalui proses pendidikan dan dakwah seluruh nilai, norma-norma dan pengetahuan ditransformasikan atau ditransmisikan dari generasi ke generasi berikutnya. Betapa pentingnya pendidikan dan dakwah untuk perkembangan agama Islam. Tidak berlebihan jika agama Islam masuk dalam tipologi agama misionaris, yaitu agama yang dikembangkan melalui dakwah.

Dakwah merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban ini tercermin dari konsep amar ma’ruf nahi munkar, yakni perintah untuk mengajak masyarakat melakukan perilaku positif-konstruktif sekaligus mengajak mereka untuk meninggalkan dan menjauhkan diri dari perilaku negatif-destruktif. Konsep ini mengandung dua implikasi makna sekaligus, yakni prinsip perjuangan menegakkan kebenaran dalam Islam serta upaya mengaktualisasikan kebenaran Islam tersebut dalam kehidupan sosial guna menyelamatkan mereka dan lingkungannya dari kerusakan.[1]

Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang sehingga dalam sepanjang sejarah hidup umat manusia hampir tidak ada yang tidak menggunakan pendidikan sebagai sarana pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, meskipun dengan sistem dan metode yang berbeda sesuai dengan taraf hidup dan budaya masyarakat masing-masing. Bahkan pendidikan juga dijadikan sarana penerapan pandangan hidup.[2] Karena pentingnya berdakwah untuk menegakkan kebenaran maka dakwah melalui pendidikan melalui beberapa bidang yang notabennya sangat dibutuhkan itu dirasa perlu dan baik untuk diterapkan pada masyarakat Indonesia.

Rumusan  Masalah

  1. Bagaimana gambaran umum tentang lembaga pendidikan?
  2. Apa saja bentuk-bentuk dakwah melalui lembaga pendidikan?
  3. Bagaimana pengembangan metode dakwah melalui lembaga pendidikan?

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Lembaga Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai nilai yang dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat. Dan adapun proses pemindahan nilai nilai itu meliputi berbagai cara, yakni : pertama, melalui pengajaran, yaitu proses pemindahan nilai berupa ilmu pengetahuan dari seorang guru kepada murid atau muridnya dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Kedua, melalui pelatihan yang dilaksanakan dengan jalan membiasakan seseorang melakukan pekerjaan tertentu utnuk memperoleh ketrampilan mengerjakan pekerjaan tersebut. Dan ketiga melalui indoktrinisasi, yang dilakukan agar orang mengikuti saja apa yang dilakukan atau dikatakan oleh orang lain.[3]

Menurut UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan atau belajar mengajar yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu menuju ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.[4]

Selain itu, lembaga pendidikan adalah sebuah institusi pendidikan negeri ataupun swasta yang menawarkan pendidikan baik bersifat umum ataupun khusus. Lembaga pendidikan juga merupakan sebuah institusi sosial yang menjadi agen sosialisasi lanjutan setelah lembaga keluarga. Fungsi Pendidikan Menurut David Popenoe adalah sebagai berikut;

  1. Transmisi (pemindahan) kebudayaan
  2. Memilih dan mengajarkan peranan sosial
  • sekolah mengajarakan corak kepribadian
  1. Sumber inovasi sosial

Sedangkan fungsi pendidikan menurut Horton dan Hunt dari segi fungsi manifest pendidikan, yaitu;

  1. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk menacari nafkah.
  2. Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
  3. Melestarikan kebudayaan.
  4. Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Dan dari segi fungsi laten pendidikan, yaitu;

  1. Mengurangi Pendidikan Orang Tua, yaitu melalui pendidikan sekolah, orang tua melimpahkan tugas dan wewenang nya dalam mendidik anak kepada sekolah.
  2. Menyediakan Sarana Untuk Pembangkangan, yaitu sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang suatu hal.
  3. Mempertahankan Sistem Kelas Sosial, yaitu pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yng ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
  4. Memperpanjang Masa Remaja, yaitu pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung  secara ekonomi pada orang tuanya.[5]

Sedangkan pendidikan Islam adalah proses penyampaian informasi dalam rangka pementukan insan yang beriman dan bertaqwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas, dan fungsinya di dunia ini dengan selalu memelihara hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, masyarakat, dan alam sekitarnya serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, menusia (termasuk dirinya sendiri) dan lingkungan hidupnya.

Dari keterangan diatas dapat diambil tujuan dari diadakannya pendidikan Islam adalah agar  dapat menumbuhkan dan mengembangkan dalam diri manusia empat rasa tanggung jawab, yakni;

  1. Tanggung jawab kepada Allah,
  2. Tanggug jawab kepada hati nuraninya sendiri,
  3. Tanggung jawab kepada masyarakat, dan
  4. Tanggung jawab dan memelihara semua yang terdapat di langit dan di bumi.[6]

Syekh Muhammad Naquib Al-Attas (1980) berpendapat bahwa pendidikan Islam tidak hanya mengenal sesuatu dan mengembangkan potensi yang ada, tetapi juga harus mampu membimbing dirinya menuju pengenalan dan pengakuan terhadap Allah SWT. Karena itu, ia menawarkan sebuah konsep yang dapat mewakili dari maksud dan tujuan pendidikan dalam Islam, yaitu konsep ta’dib. Konsep ta’dib menurut Al-Attas mencakup disiplin tubuh, jiwa, dan ruh. Disiplin menegaskan pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan kemampuan dan potensi jasmaniah, intelektual, dan ruhaniah. Menurutnya, pendidikan dalam Islam harus membentuk pribadi yang baik (good man). Karena itu pendidikan dalam Islam tidak terbatas pada masalah pengembangan intelektual semata.

Al-Ghazali (1058-1111) pun memandang sama tentang pendidikan. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan dalam Islam meliputi tiga aspek, yaitu keilmuan, kerohanian, dan ketuhanan. Aspek keilmuan, yang mengantarkan manusia agar senang berpikir, menggalakkan penelitian dan mengembangkan ilmu pengetahuan, menjadi manusia yang cerdas dan terampil. Aspek kerohanian, yang mengantarkan manusia agar berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian kuat. Aspek Ketuhanan, yang mengantarkan manusia beragama agar dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan demikian pendidikan dalam Islam sangat memperhatikan pembentukan kepribadian dengan menekankan aspek moral, spiritual dan intelektual.[7]

  1. Dakwah Melalui Lembaga Pendidikan

Berdakwah dapat melalui lembaga pendidikan ada tiga macam dan akan dijelaskan sebagai berikut. Pertama, lembaga pendidikan informal (lembaga pendidikan keluarga) ialah kegiatan pendidikan yang ada dalam keluarga. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang ditemui karena dalam keluarga inilah seorang anak pertama kali mendapatkan didikan dan bimbingan didalam keluarga. Pendidikan keluarga juga dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena sebagai besar kehidupan anak berada dalam lingkungan keluarga. Ciri-ciri pendidikan informal, yaitu;

  • Tidak terikat tempat dan waktu.
  • Tidak terikat jenjang usia.
  • Dapat berlangsung tanpa ada guru dan murid secara khusus.
  • Tidak menggunakan metode tertentu.
  • Tanpa menggunakan rencana pembelajaran (kurikulum)

Kedua, pendidikan formal ialah pendidikan yang dilakasanakan disekolah yang didapati secara sistematis, teratur, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas. sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, adalah alat yang memiliki tugas untuk memberikan pelayanan pengajaran dalam belajar kepada generasi muda dalam mendidik masyarakat. Jenis pendidikan formal terdiri atas pendidikan umum, kejuruan, vokasi, profesi, keagamaan, dan khusus. Ciri-ciri pendidikan formal, yaitu;

  • Diselenggarakan di dalam kelas yang terpisah menurut jenjangnya.
  • Ada persyaratan usia.
  • Ada jangka belajar tertentu.
  • Ada jadwal waktu belajar.
  • Proses belajar diatur secara tertib dan terstruktur.
  • Materi disusun berdasarkan kurikulum dan dijabarkan dalam silabus secara resmi.
  • Materi pembelajaran bersifat akademis intelektual dan berkesinambungan.
  • Guru mengajarkan menggunakan metode, media, dan urutan pengajaran tertentu.
  • Ada sistem rapor, evaluasi belajar, serta ijazah.
  • Sekolah punya anggaran pendidikan yang dirancang dalam kurun waktu tertentu.[8]

Ketiga, lembaga nonformal (lembaga pendidikan di masyarakat) diselenggarakan untuk kepentingan warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan, pendidikan nonformal berfungsi sebagai penambah lembaga pendidikan, atau menjadi pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanajang hayat. Satuan pendidikannya terdiri atas lembaga kurusus, kelompok belajar, lembaga pelatihan, pusat kegiatan belajar, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil dari pendidikan nonformal ini dapat dihargai stara dengan hasil program pendidikan formal, tapi setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemda dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.[9] Ciri-ciri pendidikan non-formal, yaitu;

  • Program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
  • Materi yang diberikan bersifat praktis atau sesuatu yang dibutuhkan oleh masyarakat   pada saat itu dan segera dapat dipenuhi melalui pendidikan singkat.
  • Waktu yang diperlukan relatif singkat.
  • Biaya relatif murah.
  • Usia peserta berbeda-beda.
  • Jenjang kelas tidak menunjukkan tingkatan yang jelas.
  • Pelaksanaan kegiatan disusun melalui perencanaan yang baik.
  • Tujuan pendidikan terarah untuk mendapat pekerjaan atau meningkatkan taraf hidup.
  • Waktu dan tempat belajar disesuaikan dengan yang membutuhkannya.
  • Umumnya berdampingan dengan lembaga formal.
  • Muncul karena ada perubahan cepat dalam masyarakat.
  1. Pengembangan Dakwah Melalui Lembaga Pendidikan
    1. Dakwah Dalam Keluarga

Keluarga adalah unit komunitas terkecil dalam kehidupan sosial masyarakat. Keluarga adalah sekumpulan kapasitas individu dan dari keluarga lah unit-unit yang lebih besar akan dibentuk. Dalam konteks Islam, keluarga digambarkan dalam tiga kata kunci, yaitu sakinah, mawaddah, dan warahmah yang didalamnya nilai-nilai Islami kental diaplikasikan. Dan keluarga ideal seperti inilah yang menjadi cita-cita kita bersama, yakni menjadikan keluarga kita menjadi keluarga yang taat kepada allah.

Abdullah Nasih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Awlad Fil Islam, ada 7 macam pendidikan integratif, yang harus terintegrasikan secara sistemik dalam keluarga untuk mendidik anggota keluarga untuk menjadi hamba Allah yang taat, yang mampu mengemban amanah dakwah ini. Ketujuh pendidikan tersebut adalah:

  1. Pendidikan iman,
  2. pendidikan moral,
  3. pendidikan psikis,
  4. pendidikan fisik,
  5. pendidikan intelektual, dan
  6. pendidikan seksual.

Dakwah dalam lingkungan keluarga dimaksudkan untuk menjadikan sebuah tatanan rumah tangga yang berdiri dari beberapa tujuan. Yakni pertama, mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah tangga. Artinya mendirikan sebuah rumah tangga yang mendasarkan kehidupannya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah. Kedua, mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologi. Ketiga, mewujudkan sunah rasulullah dengan melahirkan anak anak sholeh sehingga umat manusia merasa bangga dengan kehadirannya. Keempat, memenuhi kebutuhan cinta kasih anak anak dengan menyayanginya. Dan terakhir menjaga fitrah anak agar anak tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan.[10]

Dalam kelima bagian ini, menjaga anak dalam fitrah adalah hal yang paling mutlak dilaksanakan. Karena sesuai yang dikatakan rasul dalam hadist, bahwa setiap anak yang dilahirkan adalah fitrah dan tergantung orang tuanya akan menjadikannya Islam, Majusi, Nasrani atau yang lainnya. Hal yang paling harus dilakukan adalah membiasakan anak untuk mengingat kebesaran Allah dan nikmat yang diberikanNya. Hal ini dapat mengokohkan fitrah anak agar tetap berada dalam kesucian dan kesiapan untuk mengagungkan Allah. Kemudian, membiasakan anak-anak untuk mewaspadai penyimpangan-penyimpangan yang kerap membiasakan dampak negatif terhadap anak, misalnya dalam tayangan film, pergaulan bebas, dll.

Dalam sebuah forum, dijelaskan ada beberapa kriteria mendasar yang harus dimiliki dan dirasakan dalam sebuah keluarga Islami. Pertama, keluarga harus menjadi tempat kembali utama dalam kehidupan individunya. Nuansa “baiti jannati” rumahku surgaku harus dirasakan oleh setiap anggota keluarga. Hal inilah yang akan menjadikan rasa kerinduan yang amat sangat bagi setiap anggota keluarga untuk bertemu dalam satu atap keluarga. Seberat dan sesibuk apapun aktivitas anggota keluarga di luar rumah maka keluarga menjadi tempat kembalinya.

Kedua, keluarga menjadi madrasah dimana dalam setiap aktivitas kekeluargaan dijadikan sebagai aktivitas pembinaan,  dan proses transfer of value. Setiap anggota keluarga harus mampu menjadi inspirasi atau qudwah hasanah bagi anggota keluarga yang lain. Dan orang tualah yang menajadi faktor penentu keberhasilan madrasah ini karena orang tualah sang pendidik.

Ketiga, keluarga menjadi markas perjuangan Islam. Hal ini sangat penting mengingat menikah bukan hanya sekedar mencari pendamping hidup, namun lebih untuk melanjutkan perjuangan Islam bersama dengan pasangannya. Keluarga lah yang menjadi batu bata dari bangunan Islam. Dan semua aktivitas dakwah tercermin dari aktivitas keluarga.

Untuk mencapai ketiga kriteria di atas maka dibutuhkan beberapa nilai yang harus dimiliki dalam sebuah keluarga, yaitu;

  1. Keimanan,
  2. Cinta,
  3. Tarbiyah, dan

Dan inilah nilai-nilai minimal yang harus dimiliki oleh sebuah keluarga Islami, keluarga dakwah.[11]

  1. Dakwah Dalam Lembaga Pendidikan Formal

Setelah mendapatkan pendidikan islam di dalam lingkungan keluarga, langkah selanjutnya adalah memberikan anak-anak kita untuk mengenyam pendidikan di lingkungan formal. Lembaga pendidikan formal dapat juga dikategorikan sebagai media dakwah, yakni sebuah alat yang dapat digunakan untuk berdakwah kepada peserta didik.

Pendidikan siswa artinya lembaga pendidikan yang memiliki kurikulum, siswa sejajar kemampuannya, pertemuan rutin, dan sebagainya. Contohnya adalah sekolah dan lain sebagainya.[12] Didalam pedidikan formal, terdapat proses belajar mengajar. Sebuah usaha untuk mengajarkan pendidikan agama yakni dengan usaha usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran islam. Dengan pendidikan agama yang terdapat di dalam lembaga formal tersebut, menjadikan ia sebagai sebuah media dakwah yang dapat digunakan oleh da’i.

Lembaga pendidikan Islam di Indonesia, dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok, yakni pesantren, madrasah, dan sekolah.[13] Dimana ketiganya sama sama mencoba mendidik generasi penerus bangsa kearah yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam. Pesantren sendiri atau lebih dikenal dengan sebutan pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia. Pondok berasal dari Bahasa Arab funduq yang artinya tempat menginap atau asrama, sedangkan pesantren adalah berasal dari kata santri,  bahasa tamil yang berarti para penuntut ilmu.

Jadi jika digabungkan pondok pesantren adalah tempat belajar atau tempat mencari ilmu para santri dengan bertempat tinggal atau mukim disana. Kemudian karena makna yang terkandung dalam namanya itu, pondok pesantren selalu tampil dengan unsur aslinya yakni pondok, masjid, pengajian kitab-kitab klasik atau kitab kuning, santri, kyai atau guru ngaji. Kelima unsur tersebut selalu ada dalam sebuah pondok pesantren. (Zamakhsyari dhofier,1983:43).

Pada awal perkembangannya, ada dua fungsi pondok pesantren, yakni sebagai lembaga pendidikan, dan kedua sebagai lembaga penyiaran agama. Pada masa kolonial dahulu, pondok pesantren mempunyai peranan yang aktif dalam menentang penetrasi kolonialisme dengan uzlah yakni menutup diri dari pengaruh luar.

Lembaga pendidikan formal Islam yang kedua adalah madrasah. Lembaga ini muncul pada permulaan abad ke 20. Madrasah berasal dari Bahasa Arab, darasa yang artinya belajar. Jadi madrasah adalah tempat belajar. Lembaga ini muncul dikarenakan beberapa alasan diantaranya sebagai berikut;

  1. Sebagai manifestasi dan realisasi cita cita pembaharuan dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia.
  2. Sebagai salah satu usaha menyempurnakan sistem pendidikan pesantren yang dipandang tidak memungkinkan lulusannya memperoleh kesempatan kerja dibanding lulusan dari sekolah kolonial belanda waktu itu.
  3. adanya sikap sementara umat Islam yang lebih condong mengikuti sistem pendidikan ala barat yang lebih memungkinkan anak anak mereka lebih maju dalam ilmu, ekonomi dan teknologi.[14]

Lembaga pendidikan formal ketiga dalam Islam adalah sekolah Islam. Lembaga ini merupakan pengembangan dari madrasah dengan falsafah yang dipengaruhi oleh ajaran ajaran barat. Kurikulumnya lebih dekat dengan sekolah sekolah umum.

Di dalam pendidikan formal terdapat seorang guru sekaligus da’i yang tugasnya bukan semata mata utuk mengajarkan ilmu agama atau Islamologi, melainkan juga mendidik. Karena mengajar hanyalah memberikan pengetahuan agama saja, sehingga anak pandai ilmu agama tapi tidak taat terhadap ajaran agama.  Sebaliknya mendidik mempunyai arti menanamkan tabiat kepada anak anak agar mereka taat kepada ajaran agama (membentuk pribadi muslim).

  1. Dakwah Dalam Lembaga Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal perlu digalakkan dikalangan umat Islam. Pendidikan ini mengiringi kesibukan mereka menempuh pendidikan disekolah formal. Pendidikan ini bertujuan untuk memberikan bekal keagamaan bagi umat Islam diberbagai bidang. Dengan demikian kurikulum pendidikan nonformal mengacu terhadap kebutuhan pribadi maupun umat, serta sangat berperan dalam menentukan kemungkinan tegaknya kembali umat Islam[15]

Salah satu contoh lembaga dakwah dan lembaga pendidikan adalah MTA, yaitu Majelis Tafsir Al-Qur’an yang di dirikan oleh Abdullah Thufail Saputra yang bertujuan mengajak umat Islam kembali pada cara beragama Islam yang benar yaitu kembali pada Al-Qur’an dan Hadist. Latar belakang didirikannya MTA ini adalah adanya keterbalakangan pendidikan dan kesejahteraan yang dialami umat Islam. Aktivitas dakwah yang dilaksanakan MTA adalah pengajian, pendidikan, sosial, pembinaan ekonomi, dan kesehatan.

Pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh MTA diantaranya adalah kursus otomotif bekerjasama dengan BLK Kota Surakarta, kursus menjahit dan bimbingan belajar bagi siswa-siswi SLTP dan SLTA. Disamping itu, berbagai kursus insidental sering diselenggarakan oleh MTA misalnya kursus penulisan dan kewartawanan.[16]

Sesungguhnya, umat Islam tidak pernah lepas kehidupannya dari pendidikan. Ayat-ayat pertama yang turun di Mekah, yakni diantaranya sebagai berikut; “Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan manusia apa yang belum diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5). “Hai orang-orang yang berselimut. Bangunlah, dan bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah dosa. Janganlah engkau memberei supaya mendapat yang lebih banyak. Dan bersabarlah (menurut perintah Tuhanmu).” (QS. Al-Mudatsir: 1-6). Dari kedua ayat itu, dapat disimpulkan bahwa dalam Islam terdapat paling tidak empat macam pendidikan, yaitu;

  1. Pendidikan akidah, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata, jangan mempersekutukanNya dengan berhala. Karena Allah Mahabesar dan Maha Pemurah.
  2. Pendidikan aqliyah dan ilmiah, yaitu mempelajari kejadian manusia misalnya, dan kejadian alam semesta. Untuk mempelajari hal itu hendaklah dengan banyak membaca dan menyelidiki serta memakai pena untuk mencatat.
  3. Pendidikan akhlak dan budi pekerti, yaitu si pendidik haruslah mengajar tanpa mengharapkan balasan dari orang yang diajarnya melainkan hanya mengharap ridlo Allah. Begitu pula harus sabar dalam menjalankan tugasnya.
  4. Pendidikan jasmani, yaitu mementingkan kebersihan. Bersih pakaian, bersih badan, bersih tempat kediaman. Terutama si pendidik harus bersih pakaian, suci hati, dan baik budi pekertinya supaya jadi contoh teladan bagi murid-muridnya.

Dengan demikian, pendidikan memegang peranan penting dalam pembinaan umat Islam supaya mereka dapat meraih status sebagai khaira ummah.[17]

 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dengan demikian, dakwah dan pendidikan memiliki kesamaan tujuan, yaitu membentuk kepribadian manusia yang utuh dan berakhlak mulia. Maka dakwah melalui pendidikan sangat tepat untuk menjawab tantangan dakwah. Karena itu, tidak sedikit lembaga-lembaga Islam melakukan dakwah melalui pendidikan dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan.

Pendidikan dan dakwah memiliki hubungan fungsional yang amat erat, karena keduanya memiliki sasaran yang sama, yaitu manusia. Pendidikan dapat menolong umat manusia dari berbagai keterbelakangan. Sedangkan dakwah agama akan memberikan pandangan tentang dasar-dasar hidup yang baik, nilai-nilai luhur serta tujuan hidup manusia yakni beribadah. Pendidikan dan dakwah harus mengharmoniskan dan menyeimbangkan kehidupan manusia agar memiliki keseimbangan antara kehidupan beragama dan kehidupan keduniaan.

Pendidikan Islam senantiasa memberikan saham yang besar dalam membina dan mengembangkan peradaban Islam (Tsaqafah Islamiyah), dalam melahirkan muslim-muslim yang berkualitas, yang teruji iman, ilmu, dan amalnya. Tanpa pendidikan Islam yang maju, berbobot, dan berkualitas, rasanya sulit bagi umat Islam bertindak sebagai khaira ummah. Peningkatan mutu pendidikan juga akan mempermudah dakwah Islam.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

An Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Pers.

Daud Ali, Mohammad. Daud, Habibah. 1995. Lembaga Lembaga Islam Di Indonesia. Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Hafidhuddin, Didin. 1998. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani Press.

Susanto, Dedy. 2012. Aktivitas Dakwah Majlis Tafsir Al-Qur’an. Semarang: Anggaran DIPA BLU Fakultas Dakwah

Syukir, Asmuni. 1983. Dasar Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

http://www.seputarilmu.com/2015/12/pengertian-macam-macam-dan-fungsi.html.

http://dewandakwahjabar.com/berdakwah-melalui-pendidikan/.

http://www.perpusku.com/2016/06/lembaga-pendidikan-pengertian-jenis-fungsi.html.

http://kenthippujakesuma.blogspot.co.id/2012/05/keluarga-dan-pendidikan-islam-sebagai.html.

[1] Dedy Susanto, Aktivitas Dakwah Majlis Tafsir Al-Qur’an, (Semarang: Anggaran DIPA BLU Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2012), hlm 1

[2] Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm 104.

[3] Mohammad Daud Ali, Habibah Daud, Lembaga Lembaga Islam Di Indonesia (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 1995), hlm 137

[4] http://www.seputarilmu.com/2015/12/pengertian-macam-macam-dan-fungsi.html, Di akses pada tanggal 16 Juni 2017 pukul 12.20 WIB.

 

[5] http://www.seputarilmu.com/2015/12/pengertian-macam-macam-dan-fungsi.html, Di akses pada tanggal 16 Juni 2017 pada pukul 20.50 WIB.

[6] Mohammad Daud Ali, Habibah Daud, Lembaga Lembaga Islam Di Indonesia,…hlm 139.

[7] http://dewandakwahjabar.com/berdakwah-melalui-pendidikan/, Di akses pada 16 Juni 2017 pukul 20.40 WIB.

[8] http://www.perpusku.com/2016/06/lembaga-pendidikan-pengertian-jenis-fungsi.html. Diakses pada tanggal 16 Juni 2017 pada pukul 21.20 WIB.

[9] http://www.seputarilmu.com/2015/12/pengertian-macam-macam-dan-fungsi.html, Di akses pada tanggal 16 Juni 2017 pada pukul 20.50 WIB.

[10] Abdurrahman an Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1995), hlm.144

[11] http://kenthippujakesuma.blogspot.co.id/2012/05/keluarga-dan-pendidikan-islam-sebagai.html, Di akses pada tanggal 16 Juni 2017 pukul 21.00 WIB.

[12] Asmuni syukir, Dasar Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) hlm.168.

[13] Abdurrahman an Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat,…hlm.145.

[14] Abdurrahman an Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat,…hlm.154.

[15] Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual,…hlm 95-96.

[16] Dedy Susanto, Aktivitas Dakwah Majlis Tafsir Al-Qur’an,…hlm 50-51.

[17] Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual,…hlm 91-92.

 

 

 

Tinggalkan komentar